Ritual kebudayaan Bengkulu (Tabot)
Ritual kebudayaan dari Bengkulu
TABOT
Tabot merupakan upacara tradisional
masyarakat Bengkulu yang diadakan untuk mengenang kisah kepahlawanan dan
kematian cucu nabi Muhammad S.A.W yaitu Saidina Hassan Bin Ali dan Saidina
Hussein bin Ali dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di Padang
karbala, Iraq pada tanggal 10 muharam 61 Hijrah bersama (681 M).
Pada awalnya inti dari upacara Tabot
adalah untuk mengenang usaha pemimpin Syiah dan kaumnya mengumpulkan potongan
tubuh Husein, mengarak dan memakamnya di Padang Karbala. Istilah Tabot berasal
dari kata Arab Tabut yang secara harfiah bererti "kotak kayu"
atau "peti".
-
Peralatan-peralatan upacara tabot
Untuk melaksanakan upacara Tabot, ada beberapa peralatan
yang harus dipersiapkan, diantaranya adalah:
a.
Kenduri dan sesaji
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kenduri dan
sesaji antara lain: beras ketan, pisang emas, tebu, jahe, dadih, gula aren,
gula pasir, kelapa, ayam, daging, bumbu masak, kemenyan dan lain-lain.
b.
Perlengkapan musik tabot
Alat-alat muzik yang biasanya digunakan dalam upacara
tabot adalah dol dan tessa. Dol terbuat dari kayu tengahnya
dilubangi dan kemudian ditutup dengan menggunakan kulit lembu. Dol berbentuk
seperti beduk. Garis tengahnya sekitar 70 – 125 cm, dan alat pemukulnya
berdiameter 5 cm dan panjangnya 30 cm. Cara menggunakannya dengan cara
dipukul-pukul. Sedangkan Tessa berbentuk seperti rebana, terbuat dari tembaga, besi
plat atau aluminium, dan juga bisa dari kuali yang permukaannya ditutup degan
kulit kambing yang telah dikeringkan.
c.
Kelengkapan lainnya
Perlengkapan-perlengkapan lain yang harus dipersiapkan
pada setiap unit Tabot adalah: Bendera merah putih ukuran rumah tangga berikut
tiangnya, bendera panji-panji berwarna hijau atau biru yang ukurannnya lebih
besar dari bendera merah-putih, bendera putih yang ukurannnya sama dengan panil
(beserta tiangnya), tombak bermata ganda diujungnya digantung, duplikat pedang
zufikar (pedang Rasulullah) dengan ukuran mini.
-
Pelaksanaan upacara tabut
1.
Menggambik tanah (mengambil tanah)
Tanah yang diambil harus mengandung unsur-unsur magis
oleh karena itu harus diambil dari tempat keramat.
Di Bengkulu, hanya ada dua tempat yang dianggap keramat
yaitu di Keramat Tapak Padri
yang terletak di tepi laut tidak jauh dari Benteng Marlborough di sudut kanan
Pelabuhan Laut Bengkulu dan Keramat
Anggut yang terletak di pemakaman umum Pasar Tebek dekat Tugu Hamilton,
tidak jauh dari Pantai Nala. Upacara ini berlangsung pada malam tanggal 1 Muharam,
sekitar pukul 22.00 WIB.
Tanah yang diambil disimpan di Gerga (pusat kegiatan/markas kelompok Tabot bersangkutan),
dibentuk seperti boneka manusia dan dibungkus dengan kain kafan putih, lalu
diletakkan di Gerga. Gerga tertua di Bengkulu hanya ada
dua, yaitu Gerga Berkas dan Gerga Bangsal. Keduanya telah
direnovasi dan kini berwujud bangunan permanen.
Di kedua tempat tersebut, mereka memberikan sesajen
berupa: bubur merah dan bubur putih, gula merah, sirih 7 subang, rokok nipah 7
batang, kopi pahit 1 cangkir, air serbat 1 cangkir, dadih (susu sapi murni yang
mentah) 1 cangkir, air cendana 1 cangkir, air dan selasih 1 cangkir.
2.
Duduk penja (mencuci jari-jari)
Penja
adalah benda yang terbuat dari kuningan, perak atau tembaga yang berbentuk telapak
tangan manusia lengkap dengan jari-jarinya. Karenanya penja ini disebut juga
dengan jari-jari. Upacara mencuci penja ini disebut duduk Penja, yang dilaksanakan pada tanggal 5 Muharram sekitar
pukul 16.00 WIB.
Pada acara Penja ini, peralatan yang dibutuhkan adalah:
air kembang, air limau nipis, sesajen, dan penja yang akan dicuci. Sesajen yang
dipersiapkan terdiri: nasi kebuli 1 porsi, emping beras 1 piring, pisang emas 1
sisir, tebung 1 potong, kopi pahit 1 gelas, air serobat 1 gelas, dan dadih 1
gelas.
3.
Menjara (mengandun)
Menjara adalah berkunjung atau mendatangi kelompok lain
untuk beruji/bertanding dol,
sejenis beduk yang terbuat dari kayu yang dilubangi tengahnya serta ditutupi
dengan kulit lembu.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 6 dan 7 Muharram
mulai pukul 20.00 atau 23.00 WIB. Pada tanggal 6 Muharram, kelompok Tobat
Bangsal mendatangi kelompok Tobat Barkas sedangkan pada tanggal 7 Muharram
kelompok Tobat Barkas mendatangi kelompok Tobat Bangsal. Kegiatan ini
berlansung dihalaman terbuka yang disediakan oleh masing-masing kelompok.
4.
Meradai (mengumpulkan dana)
Meradai adalah pengambilan dana oleh Jola (bahasa Melayu artinya orang
yang bertugas mengambil dana untuk kegiatan kemasyarakatan) yang terdiri dari
anak-anak berusia 10-12 tahun. Acara ini dilakukan pada siang hari tanggal 6 Muharram
antara pukul 07.00-17.00 WIB. Lokasi pengambilan dana biasanya sudah disepakati
bersama oleh masing-masing kelompok Tabot. Peralatan yang dibutuhkan
diantaranya adalah: bendera panji, tombak bermata ganda, tas atau kambut, karung gandum, dan tessa.
5.
Arak penja (mengarak jari-jari)
Arak Penja atau arak jari-jari merupakan acara mengarak
jari-jari yang diletakkan di dalam Tabot dengan di jalan-jalan utama di kota Bengkulu.
Kegiatan ini dilaksanakan pada malam ke-8 dari bulan Muharram, yaitu sekitar
pukul 19.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 21.00 WIB.
Bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan sesajen adalah:
nasi kebuli 1 porsi, kopi pahit 1 gelas, air serobat 1 gelas, telur dadar 1
buah, lauk pauk 7 piring (7 macam jenis lauk).
6.
Arak seroban (mengarak sorban)
Arak Serban merupakan acara mengarak Penja ditambah dengan Serban (Sorban) putih dan diletakkan
pada Tabot Coki (Tabot Kecil).
Tabot Coki ini dilengkapi dengan bendera/panji-panji berwarna putih dan hijau
atau biru yang bertuliskan nama “Hasan dan Husain” dengan kaligrafi Arab yang
indah. Kegiatan ini diadakan pada malam ke-9 Muharram sekitar pukul 19.00-21.00
WIB.
7.
Gam (tenang/berkabung)
Satu di antara tahapan upacara Tabot yang harus ditaati
adalah Gam. Gam adalah waktu yang tidak boleh ada kegiatan apapun. Gam berasal
dari kata “ghum” yang berarti tertutup atau terhalang. Tanggal 9 Muharram
merupakan masa gam ini, yakni sejak pukul 07.00 hingga pukul 16.00 WIB, di mana
pada waktu tersebut semua kegiatan yang berkaitan dengan upacara Tabot termasuk
membunyikan dol dan tassa tidak boleh dilakukan. Jadi
masa gam dapat juga disebut masa tenang.
8.
Arak gedang (taptu akbar)
Pada 9 Muharram malam, sekitar pukul 19.00 WIB
dilaksanakan ritual pelepasan Tabot Besanding di gerga (markas) masing-masing. Selanjutnya dilanjutkan dengan
arak gedang yakni grup Tabot berarak dari markas masing-masing menempuh rute
yang ditentukan. Kemudian mereka akan bertemu sehingga membentuk arak gedang
(pawai akbar). Arak-arakan ini menjadi ramai karena menyatunya grup-grup Tabot,
grup-grup hiburan, para pendukung masing-masing serta masyarakat. Acara ini
berakhir sekitar pukul 20.00 WIB. Akhir dari acara arak gedang ini adalah
seluruh Tabot dan grup penghibur berkumpul di lapangan Merdeka Bengkulu
(Sekarang: Lapangan Tugu Propinsi). Tabot dibariskan bershaf istilah lokal
disandingkan, karenanya acara ini dinamakan Tabot Besanding.
9.
Tabot tebuang (tabot terbuang)
Acara terakhir dari rangkaian upacara Tabot adalah acara
Tabot tebuang yang diadakan pada tanggal 10 Muharram. Pada pukul 09.00 WIB
seluruh Tabot telah berkumpul di lapangan Merdeka dan telah disandingkan
sebagaimana malam Tabot besanding. Grup hiburan telah berkumpul pula di sini
dan menghibur para pengunjung yang hadir di waktu itu. Pada sekitar pukul 11.00
arak-arakan Tabot bergerak menuju ke Padang Jati dan berakhir di kompleks
pemakaman umum Karabela. Tempat ini menjadi lokasi acara ritual Tabot tebuang karena
di sini dimakamkan Imam Senggolo (Syekh Burhanuddin) pelopor upacara Tabot di
Bengkulu.
Pada sekitar pukul 12.30 WIB acara Tabot Tebuang di
makam Senggolo tersebut. Karena dipandang bernilai magis, acara ini hanya bisa
dipimpin oleh Dukun Tabot yang tertua. Selesai acara ritual di atas, barulah
bangunan Tabot dibuang ke rawa-rawa yang berdampingan dengan komplek makam
tersebut. Dengan terbuangnya Tabot pada sekitar pukul 13.30 WIB, maka
selesailah seluruh rangkaian upacara Tabot.
Komentar
Posting Komentar